APAKAH POS STOK = PERSEDIAAN?

Olèh: Yusni Tria Yunda.

Sebelum menjual sesuatu, yang diperlukan pada tahap awal adalah tentu adanya suatu ataupun beberapa komoditi barang dan atau jasa yang hendak dijual. Apa yang hendak dijual apabila tiada bentuk, jenis, serta jumlah barang dan atau jasa yang menjadi komoditi dalam suatu usaha?.

Menggunakan istilah lain: pelaju usaha adalah subjèk, dan komoditi adalah objèk, kedua unsur kalimat ini merupakan prasyarat terselenggaranya suatu usaha yang dilajukan olèh pelaku usaha. Namun apabila terbalik memposisikannya: pelaku usaha menjadi objèk, sementara komoditi menjadi subjèk, maka komoditilah yang menjadi pelaju usaha. Padahal posisi pelaju usaha seharusnya adalah pemilik modal (kapital dan èkuiti) yang berdiam di dalam Grup Pasiva, yang mendorong tiap-tiap Aktiva agar produktif.


Siklus Aktiva.

Ketika penulis melakukan suatu usaha menulis artikel ini, misalnya dengan sejumlah modal niat dalam Grup Pasiva, pada Kelas Modal ("Equity") yang telah disalurkan ke dalam Grup Aktiva Tetap (HaPè sebagai aytem Pos Perlengkapan dalam Kelas Aktiva Tetap), serta sejumlah nilai Pos Kas yang telah menerima dari Kelas Modal, dan saat ini telah disalurkan lagi dari Pos Kas termaksud ke dalam bentuk kuota sebagai aytem Biaya Dibayar di Awal, yang nantinya menjadi salahsatu nilai pengisi Pos Biaya Operasional dalam Laporan Laba Rugi.

Dengan demikian, siklus ini mengingatkan bahwa sebagai makhluk, mèmang perlu bergerak, meskipun pergerakan termaksud adalah antar pos dalam upaya pencatatan keuangan. Sebab, hakèkat manusia pelaku èkonomi sebagai makhluk adalah yang berubah-ubah, dinamis, dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain (terus berhijrah, ataupun disebut murojih), bukan yang langgeng, dan kekekalan bukanlah haqnya makhluk. Apalagi barang komoditi usaha, merèkalah yang seharusnya diatur olèh makhluk hidup. Jangan sampai barang komoditi yang mengatur manusia, memperbudak para pelaku èkonomi yang merupakan manusia.

Dèkonstruksi Konsèp Stok Melalui Konsèp HPP.

Ketika kita mengamati suatu wujud komoditi barang, selain bentuk dan ukuran barang, secara rèflèks juga sering tanpa sadar menghitung jumlahnya berdasarkan satuan-satuan tertentu yang akrab dipergunakan olèh penghitung yang lagi memperhatikan barang termaksud, ini aktivitas pertama. Aktivitas ini juga sering berbarengan dengan aktivitas membandingkan nilai dari barang-barang yang lagi coba diukur olèh pengamat dengan nilai dari barang-barang lain yang akrab dikenali olèh pengamat, ini aktivitas ke-2. Menurut penulis, aktivitas pertama adalah bahan menelaah stok, sedangkan yang ke-2 adalah bahan menelaah persediaan. Seperti sama, namun berbèda.

Artinya, bagi penulis, stok adalah sejumlah persediaan barang komoditi usaha yang akan diproduksi maupun langsung diperdagangkan. Menelaah perlakuan para subjèk (pelaju usaha) terhadap 2 kecenderungan; yang diproduksi lanjutan, dan yang dijual secara langsung, membuat kita mengklasifikasikan adanya 2 golongan utama di kalangan para pelaju usaha, yaitu; yang produksi, dan yang berdagang.

Berlanjut dari pemikiran klasifikasi tadi, apabila langsung diperdagangkan, maka sejumlah stok akan mempunyai Harga_Poko_Pembelian. Pengertian HPP bagi pelaju perdagangan cenderung mengacu kepada Harga Poko Pembelian sebagai HPPnya. Perkalian ("power") di antara kuantitas (stok) terhadap HPP jenis inilah yang menjadi isi dalam Pos_Persediaan.

Adapun bagi pelaju produksi, HPP cenderung dekat pengertiannya dengan Harga_Poko_Produksi, yaitu sejumlah dana yang telah dikeluarkan dari Pasiva untuk mengadakannya di dalam Aktiva, yang mana sejumlah nilai yang dikeluarkan dari Pasiva akan seimbang (sama) dengan sejumlah nilai baru yang diterima olèh Aktiva.

Berarti, HPP bagi pelaju aktivitas usaha produksi: bukan hanya mencantumkan harga pembelian bahan baku dari komoditi yang diproduksi, melainkan juga segala biaya yang timbul secara langsung sehubungan aktivitas memproduksinya, atau yang sering disebut sebagai: 'ongkos_pengerjaan'. Namun, ongkos_kerja atau ongkos_pengerjaan ini berbèda dengan biaya_operasional. Olèh sebab itu, beberapa cara pencatatan keuangan para pelaju produksi sering pula memisahkan ongkos_pengerjaan ini ke dalam pos tersendiri, yang bisanya disebut Pos_Upah ataupun Gaji. Pos_Upah, biasanya diberlakukan apabila sistem pembayarannya secara harian ataupun sesuai dengan hasil produksi yang berhasil dibuat pada suatu waktu pencatatan produksi. Selanjutnya, pelaju produksi menghitung HPP bahan baku ditambahkan dengan Pos_Upah ini sebagai HPP keseluruhan, olèh sebab itu, Pos_Upah bukanlah unsur pembentuk biaya operasional bagi merèka, melainkan unsur pembentuk HPP dalam arti Harga Poko Produksi yang telah mengandung sejumlah Nilai_Intrinsik di dalamnya, yaitu Ongkos_Pengerjaan tadi (Pos_Upah ataupun Pos_Gaji). Penulis mengistilahkan hakèkat yang isinya tersirat dari Pos_Upah ini sebagai 'Nilai_Intrinsik', sehubungan isi nilainya luput dari pandangan mata secara sekilas yang biasanya pandangan selalu berfokus kepada kara èkstrinsik (tampilan wujud komoditi secara fisik).

Dengan demikian, isi dari Pos_Stok adalah sejumlah satuan barang komoditi yang siap dijual, setelah dikalikan dengan nilai HPP (bagi kedua pelaju usaha) atas barang komoditi, bukan dikalikan terhadap sejumlah nilai Harga_Jualnya baik yang telah terjual maupun yang akan terjual, melainkan terhadap HPP yang telah diperkalikan dengan kuantiti (jumlah stoknya).

Mengingat sifatnya yang dapat dicairkan secara rutin dan kontinyu setelah melalui mekanismeu penjualan menjadi sejumlah alat tukar (uang) pada Pos_Kas berikut nilai lebihnya atas HPP, maka Pos_Stok dikategorikan sebagai bagian dari Kelas Aktiva_Lancar, bukan Aktiva_Tetap yang mana lebih sulit dicairkan dan bukan merupakan barang yang aktivitas penjualannya berlangsung secara rutin. Pos_Stok atau Pos_Persediaan ini adalah ciri has dari jenis usaha yang lagi dijalankan, dan membedakannya dengan jenis_usaha-jenis_usaha lainnya. Pos_Stok juga sekaligus sebagai alat wadah utama untuk menghasilkan Laba_Usaha, dibandingkan dengan anggota Kelas Aktiva Lancar lainnya.

Perlakuan spèsifik terhadap Pos_Stok memerlukan pembèdaan antara pelaku usaha produksi dengan pelaku usaha perdagangan. Dua bidang usaha ini memiliki karakteristik yang berbèda, sesuai dengan perbèdaan aktivitas yang ditempuh untuk mengadakannya. Apabila pelaku usaha perdagangan melakukan pencatatan pembukuan persediaan, maka tinggal menghitung jumlah aytem-aytem barang (kuantitas yunit) dan mengkalikannya dengan Harga_Pembelian dari masing-masing aytem termaksud, yang mana karenanya, pengertian persediaan bagi para pelaku perdagangan cenderung lebih mendekati pengertian stok_siap_jual, ataupun barang yang telah siap untuk dijual, merupakan barang-barang yang telah dikemas setelah proses distribusi dari pihak produsèn ke pihaknya. Para pedagang "on line" sering menyebutnya sebagai: "ready stock".


Konstruksi Konsèp Persediaan dan Nilai Intrinsik.

Adapun bagi para pelaku produksi, pengertian Pos_Stok lebih dekat kepada pengertian Pos_Persediaan barang-barang bahan-bahan, yang mana guna konstruksinya dapat dilakukan kategorisasi berdasarkan satuan-satuan lagi di dalam Kelas Pos_Persediaan ini, menjadi kelompok-kelompok;

1. Sub_Kelas (Kelompok) Pos_Persediaan Bahan_Baku yang belum diolah (bahan-bahan mentah bentuk awal),

2. Sub_Kelas (Kelompok) Pos_Persediaan Barang_Setengah_Jadi yang telah diolah dari Bahan_Baku menjadi Barang_Setengah_Jadi,

3. Pos_Persediaan Barang_Jadi.

Beberapa ditèil dalam proses produksi memungkinkan adanya beberapa tahap tambahan ataupun tahap-tahap antara yang berlangsungnya di antara tahapan produksi Barang_Setengah_Jadi sebelum menjadi Barang_Jadi, yang mana dalam setiap sub_tahap termaksud memiliki sejumlah Nilai_Intrinsik yang berbèda-bèda , namun untuk memudahkan, lebih praktis apabila dilakukan pengisian nilai pada posisi rata-rata di antara setiap sub_tahapnya, namun tetap ada bèda selisih nilai satuannya dengan Barang_Jadi, sehingga dapat diketaui bahwa itu adalah Barang_Setengah_Jadi, bukan lagi Bahan_Baku, serta juga belum menjadi Barang_Jadi.

Perlakuan pencatatan pembukuan yang membedakan Pos_Persediaan dalam Sub_Kelas-Sub_Kelas ini, akan lebih dapat menyajikan gambaran yang jelas mengenai kapasitas usaha produksi, berkaitan dengan  kemampuan perputaran Modal_Kerja, serta analisa kenaikan HPP antar sub_Pos_Persediaan.

Kemampuan usaha dapat tercermin dari selisih kenaikan HPP setelah Bahan_Baku mengalami pleus sehubungan dimasukkannya unsur Nilai_Intrinsik dalam setiap tahapan menjadi Barang_Jadi. Kemampuan usaha yang baik adalah dapat menyediakan "range" yang memadai secara standar_kelayakan* pendapatan para pelaku usaha produksi atas tiap-tiap selisih kenaikan HPP yang berlangsung hingga menjadi Barang_Jadi. Ini adalah kemampuan usaha, dalam arti mampu memberikan selisih lebih sebagai kenaikan harga yang disebabkan telah adanya unsur Nilai_Intrinsik yang ditambahkan ke dalam produk termaksud.

Selain itu, adanya selisih nilai yang memadai untuk para pelaku produksi namun tetap dapat memberikan harga jual Produk_Jadi yang terjangkau oleh para pelaku distribusi sebagai HPP bagi pihak pedagang, dan sebagai nilai Pos_Penjualan bagi pihak produsèn, adalah bentuk dari kemampuan usaha yang dapat dianggap baik dan sehat.**
___

*Kajian mengenai Nilai_Intrinsik inilah yang lagi ditelaah olèh penulis bersama dengan partner sekaligus Kaka Patrilinèal penulis: Zaitun Nurul Yunda, beserta beberapa mitra usaha, sebagaimana asumsi pada awal kajian yang pernah digagas bersama olèh Zaitun Nurul Yunda dalam karya ilmiahnya yang belum tuntas namun praktèk harus terlebih dahulu dilakukannya, globalnya dapat dilihat dalam: http://Standar_Nilai_Intrinsik .

**Terkadang ditemukan kenyataan adanya aytem produk yang baik tapi sakit bagi tim produksi, yang mana peningkatan Nilai_Intrinsik satuan tim dalam setiap kenaikan tahapan produksinya belum memberikan intrinsitas yang baik bagi tim pelaku produksi. Hal inilah yang dapat dinyatakan sebagai baik, namun sakit, alias bageur tapi teu cageur.
____

Dalam hal inilah, dapat diasumsikan adanya proporsi pembagian bajèt produksi yang belum merata . Namun apabila gejala ini terdetèksi terjadinya dalam sistem Bagi_Hasil, dapat diduga bahwa penerima persentaseu terendah dalam sistem Bagi_Hasil termaksud memiliki rèsiko-rèsiko biaya maupun rèsiko beban yang lebih rendah pula daripada penerima persentaseu terbesar dalam Bagi_Hasil. Selain itu, faktor waktu yang diperlukan oleh satu tim produksi seharusnya pula menjadi bahan pertimbangan dalam menyepakati persentaseu Bagi_Hasil, di samping adanya faktor Keterampilan_Husus yang diperlukan untuk mengerjakannya.

Abilitas Fitur Soft_Ware Mesin Kasir PROSYS Sebagai Simpulan Gagasan Bahan Solusi Input Stock in Invèntory Control System.

Pengertian umum dari kata stok biasanya untuk memaksudkan sejumlah persediaan produk barang dagangan. Adapun secara pencatatan pada input mesin kasir, stok biasanya dimaksudkan untuk saling menggantikan dengan kata kuantiti, atau jumlah dari yunit produk barang dagangan yang akan dimasukan datanya ke dalam sistem pencatatan. Dengan demikian, pada pengertian komputasi, kata stok hanya meliputi jumlah satuan dari yunit barang dagangan yang masuk ke autlèt, maupun jumlah satuan dari yunit barang dagangan yang terjual. Adapun secara akuntansi, kata Stok, yang dalam beberapa hal dapat disepadankan dengan kata Persediaan, bukan lagi menditèilkan kuantiti yang lagi tersedia dalam suatu waktu pencatatan, melainkan telah terformulasi dikalikan jumlah yunit termaksud dengan nilai pengadaan yunit-yunit produk termaksud, ataupun nilai pembelian yunit-yunit termaksud. Maka dapat dipahami apabila pencatatan akuntansi lebih kepada nilai-nilai yang telah menjadi harga (siap saji guna dijual).

Proses transformasi nilai-nilai dari kuantiti yunit menjadi harga, idealnya diinput berdasarkan harga pengadaan ataupun harga pembelian terawal dari sejumlah aytem barang yang masuk ke autlèt. Namun bukannya jarang jika terjadi perubahan harga beli, pihak autlèt lupa ataupun belum sempat melakukan perubahan harga. Program mesin_kasir yang ideal, seharusnya dapat memfasilitasi terjadinya perubahan harga beli aytem-aytem termaksud, sesuai dengan otoritas lèvel penggunanya. Adapun Program aplikasi produksi PROSYS buatan vèrsi Novi Ganjar Nugraha bagi Mesin_Kasir, yang pernah penulis jalankan penjualannya pada taun 2006, telah mempunyai fasilitas untuk melakukan perubahan harga_jual sewaktu-waktu, serta variasi lèvel-lèvel harga jual untuk satu aytem yang sama namun berkuantiti berbèda, yang mana harga_jual-harga_jual termaksud hendak ditetapkan sehingga dapat berfungsi secara memberikan pilihan harga jual yang ditampilkan pada layar mesin_kasir secara otomatis oleh personil kasir yang melayani.

Ketika pilihan untuk memilih levèl harga jual yang ditetapkan oleh mènèjemen autlèt telah tersedia pada program mesin_kasir, maka pertanyaannya adalah: apakah hal yang sama dapat diberlakukan pada HPP ?.

Guna menjawabnya, penulis lebih cenderung mengkajinya berdasarkan kepada prinsip-prinsip kondisi antara Harga_Jual dengan Harga_Beli, yaitu;

1. Harga_Jual dapat ditetapkan sewaktu-waktu perubahannya, tanpa dipengaruhi oleh posisi stok yang lagi_tersedia pada saat ditetapkannya harga_jual untuk aytem-aytem termaksud. Sedangkan untuk penghitungan Laba_Kotor yang berformula standar: Penjualan dikurangi HPP, maka perubahan HPP ini secara filosofis bukanlah semudah melakukan perubahan_harga, yang mana jika terjadi suatu perubahan nilai HPP, maka kuantiti dari yunit-yunit aytem barang ber_HPP_lama perlu diketaui terlebih dahulu jumlahnya sebagai aytem-aytem ber_HPP_lama. Demikian pula untuk aytem yang sama tapi ber_HPP_baru, perlu dihitung berapa banyak jumlah yunit yang masuk. Menambahkan nilai HPP_lama dengan nilai HPP_baru untuk aytem barang yang sama, kemudian membagi dengan 2 jumlah yang telah digabungkan tadi untuk mengetaui nilai rata_ratanya mungkin sering dilakukan olèh beberapa penghitung dalam opnameu invèntori sehubungan sangat dapat dilakukan untuk mendapatkan sisi praktis dari aktivitas penyesuaian harga.

Namun langkah yang kita anggap praktis ini bisa mendekati kebenaran guna menyeimbangkan Neraca pada Grup Aktiva, Kelas Aktiva_Lancar pada Aytem Stok, apabila kuantiti antara keduanya memiliki jumlah yang sama, sehingga apabila dibagi 2, akan mendapatkan nilai rata-rata yang persis mendekati keseimbangan Neraca. Disebut mendekati keseimbangan Neraca, oleh sebab apabila aytem barang termaksud dibeli secara tunai yang mengurangi posisi kas nilai Pos_Kas, terganti dengan jumlah nilai yang sama pada Kelas Pos_Persediaan setelah inputasi barang ber_HPP_baru.

Tentu hal ini akan berbèda jika belum mencari terlebih dahulu rata-rata yang pas untuk nilai HPP aytem barang antara barang ber_HPP_baru dengan barang ber_HPP_lama, yang mana nilai dari rata-rata termaksud didasarkan kepada nilai dari rata-rata kuantiti yang seimbang antara sisa kuantiti yang lama dengan kuantiti baru yang akan diinput. Jika kuantiti di antara keduanya berbèda namun harga baru telah diinput, maka secara harga beli: Pos_Persediaan akan berbèda nilai pengadaannya antara yang terdata dengan kenyataannya, dan antara Pos_Kas yang telah dikeluarkan dengan hasil baru dalam input ke dalam Pos_Persediaan . Dalam kara ini, penghitungan manual diperlukan, guna keseimbangan pada Neraca.

2. Apabila cara bayar aytem-aytem yang ber_HPP_baru termaksud dilakukan secara bukan kès (tunai), maka tiada sejumlah nilai dari Pos_Kas yang dikeluarkan, sehingga inputasi dari aytem termaksud tiada berpengaruh dari sebab Pos_Kas yang sifatnya antar_aytem , melainkan berpengaruh antar Kelas dan antar Grup, yang mana akumulasi nilai Aktiva dengan akumulasi nilai Pasiva harus seimbang, dan penambahan nilai pada Kelas Pos_Stok harus sama dengan penambahan nilai pada Kelas Hutang_Dagang. Terkecuali apabila terjadi kesepakatan bayar secara kombinasi antara masuknya sejumlah uang panjar (pangjadi jejer) yang mengurangi nilai Pos_Kas pada Grup Aktiva dengan sisa nilai pembelian barang yang belum dibayarkan akan menambah nilai pada Pos_Hutang_Dagang dalam Grup Pasiva, namun pada saat yang sama diinput pula senilai aytem yang dibeli pada Pos_Persediaan, sehingga total nilai Grup Aktiva tetap sama_dengan total nilai Grup Pasiva.

Masalahnya, tetaplah ini terjadi bukan pada cara pembayaran, melainkan apabila jumlah yunit yang tersisa dari transaksi sebelumnya yang masih ber_HPP_lama belum dicatat_padukan dengan jumlah yunit masuk yang ber_HPP_baru, niscaya total aktivanya tiada menghasilkan "balance" dengan total pasiva. Mengabaikan harga beli yang lama , dan membiarkan sisa jumlah aytem yang ber_HPP_lama termaksud untuk dikalikan secara formulasi otomatis terhadap HPP_baru, pleus nilai dari perkalian antara jumlah aytem yang ber_HPP_baru termaksud dengan HPP_baru, apabila HPP_baru memiliki kenaikan, maka Pos_Persediaan akan berisi nilai yang lebih besar dari'pada yang seharusnya , yang mana selisih nilai yang lebih besar ini berbèda dengan nilai pengurangan Pos Kas dan_ataupun nilai penambahan Pos Hutang_Dagang. Demikian pula sebaliknya: apabila HPP_baru lebih rendah daripada HPP_lama, maka total nilai setelah penambahan nilai pada Pos Stok oleh sebab masuknya aytem yang sama ber_HPP_baru adalah kurang daripada Pos Kas yang dikeluarkan untuk membelinya dengan harga baru maupun pada Pos Hutang_Dagang yang diperjanjikan untuk membayarnya, maupun pada gabungan keduanya apabila cara bayar secara angsuran Time_of_Payment.


Sèderhananya, stok dalam kara pesanan guna penjualan husus (yang produksinya bukan ataupun belum dilakukan untuk massal), mempunyai peluang kemungkinan HPP yang berbèda (cenderung lebih mahal) daripada HPP standar yang telah berlaku dalam waktu yang berlangsung. Orderan, atau pesanan-pesanan tertentu yang bukan merupakan orderan rutin sehubungan belum diproduksi secara massal, memerlukan sejumlah tahapan dalam prosès kerja guna membuatnya, yang mana dalam kara ini faktor waktu, keahlian, serta bahan-bahan dalam uji pembuatan orderan, adalah modal yang perlu dikeluarkan olèh pihak produksi, yang mana apabila pengadaan orderan termaksud didasarkan pada inisiatif pihak produksi, maka permodalan ditanggung olèh pihak produksi, serta sebaliknya: apabila inisiatif pengadaan aytem produk baru termaksud berasal dari pihak pengorder, maka biaya-biaya, ongkos kerja serta bahan sèmpeling ditanggung olèh pihak yang mengorder termaksud. HPP tersirat dari stok seperti inilah yang menjadi variabel terikat guna mengkaji Nilai Intrinsik.

Comments