Olèh: Yusni Tria Yunda.
Aktiva dapat diartikan sebagai segala kara yang lagi berstatus aktif digunakan berproduksi (sebagai perangkat-perangkat usaha) guna menghasilkan sesuatu maksud yang dituju dalam aktivitas, bisa guna maksud memperolèh keuntungan-keuntungan materil yang dapat dihitung nilainya dengan mètodeu tertentu yang disepakati, bisa pula keuntungan-keuntungan selain materil.
Sebagaimana suatu wadah bagi nilai-nilai perangkat-perangkat pekerjaan ataupun aktivitas, Aktiva bukanlah sesuatu yang keberadaannya ada secara tiba-tiba, melainkan harus menyejarah, dalam arti berlogika: telah ada sesuatu yang mana keberadaannya mendahului (qidam = terdahulu) sebelum aktiva itu ada. Ya, tentu harus ada sesuatu yang mendahului setiap pekerjaan, entah itu berbentuk perencanaan, latar belakang, dan persiapan-persiapan pra-garapan lainnya. Seperti perlu dipunyainya niat sebagai modal dalam melakukan suatu ibadah yang kemudian dijaharkan (dinyatakan) sebelum dilajukan, demikian pula dengan aktiva, perlu ada modal guna melaksanakan suatu aktivitas produktif menggunakan Aktiva ini, yang mana modal termaksud tentunya perlu mempunyai tempat tertentu guna menampungnya, yang mana tempat termaksud haruslah merupakan tempat berbèda dengan tempat Aktiva akan ditempatkan.
Praktèk selanjutnya, modal termaksud akan digubah olèh para pelaku èkonomi dalam suatu atau beberapa usaha, menjadi bentuk-bentuk Aktiva tertentu. Mengingat bahwa yang akan aktif kelak adalah hasil gubahan modal yang telah ada, yaitu Aktiva, maka modalnya itu bukan yang aktif, melainkan yang pasif (sebagaimana awalnya), sehingga tepat apabila pasifitas bentuk awal modal ini disebut dengan Pasiva, sebagai wadahnya, yang nantinya dikelola menjadi Aktiva.
Dalam struktur bahasa, Pasiva ibarat Kata Kerja Dasar berimbuhan awal 'di' ataupun berimbuhan awal 'di' ditambah imbuhan belakang 'kan', yang mana ketika kata dasar yang telah berimbuhan awal 'di' ataupun 'di' + Kata Kerja Dasar + 'kan' ataupun + 'i' dilekatkan ke dalam suatu struktur guna membangun susunan kalimat, maka Pasiva menjadi Objèk kalimat, dan Aktiva menjadi Subjèk kalimat. Aktiva, dengan demikian, adalah yang menyandang imbuhan awal 'me' ditambah Kata Kerja Dasar ataupun berimbuhan awal 'me' + Kata Kerja Dasar + 'kan' ataupun + 'i'. Dalam kara kontèks pasivitas yang bukan langsung, mengandung unsur tanpa sengaja, awalan 'ter' + Kata Kerja Dasar + 'i', juga dapat menjadi suatu kepasifan.
Aktiva, senantiasa menjadi yang aktif menghasilkan, sementara Pasiva meskipun sebagai pemilik, namun bukan yang bergerak aktif. Apabila keduanya sama-sama aktif bergerak, maka tiada gunanya Aktiva (bentuk olahan dari Pasiva), sedangkan tujuan dari membuka lapangan kerja adalah bagi Aktiva. Adapun apabila keduanya sama-sama pasif, artinya usaha lagi mengalami kondisi tanpa pergerakan, "vacuum" ataupun sakit.
Dalam Biologi, Aktiva; just like everythings which made by God, but not every things could being producing as good as it was. Setiap yang diciptakan olèh Tuhan, serta diberi hidup olèhNya, senantiasa mempunyai potènsi guna dapat bergerak, alias aktif. Dengan dikaruniaiNya potènsi ini, maka yang diciptakan dapat melangsungkan hidupnya; bergerak sehingga dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari yang menciptakannya. Ini berlaku bagi seluruh ciptaan, bahkan bagi yang seolah dianggap tiada hidup sekalipun, seperti tumbuhan, merèka bergerak; baik menujukan daunnya ke arah sumber cahaya guna fotosintèsis, maupun menancapkan akar-akarnya ke tanah guna mencari zat-zat yang diperlukan olèh tumbuhan.
Dalam akuntansi, modal awal yang ditempatkan dalam wadah Pasiva ini tentunya perlu selalu disertakan setiap kali pencatatan Aktiva dilakukan. Sebab akan menjadi janggal apabila kita membentuk apalagi menawari nilai jual dari suatu hasil produksi (misalnya barang komoditi)yang akan kita jual tanpa kita memahami terlebih dahulu modalnya, minimal Harga Poko Pembeliannya, apabila belum tau Harga Poko Pengadaannya (mencakup Harga Poko Produksi). Mengaji rasa dari sisi pengadaan komoditas, niscaya akan membuat kita lebih peka terhadap praktèk dari konsèp menghargai suatu komoditas dalam suatu aktivitas muamalah tawar menawar komoditas.
Aktiva, sebagian saja yang secara langsung dapat menghasilkan sesuatu keuntungan, sedangkan sebagian lagi menghasilkan keuntungannya secara berbèda dengan cara yang langsung tadi ("indirectly"). Dengan demikian, terdapat 2 basis Aktiva yang menentukan kelas merèka masing-masing dalam sesama Grup Aktiva. Basis pertama justru adalah yang "indirectly" menghasilkan keuntungan ataupun laba usaha. Ini merupakan Kelas Tetap; yang para anggotanya berperan secara terus menerus alias tetap kontinyu dalam usaha. Sedangkan yang satu lagi adalah Kelas Lancar; yang mana secara stok, para anggotanya terhenti diupayakan guna dijual olèh sebab telah terjual, sehingga diadakanlah sejumlah persediaan baru sebagai stok baru guna menggantikan stok lama yang telah terjual tadi. Olèh sebab sifatnya yang terhenti (lepas hak pemilikannya dari penguasaan pihak penjual setelah terjadi Ijab Qobul (transaksi) maka cocok kalau para anggotanya dimasukkan ke dalam Kelas Aktiva Lancar.
Dalam Biologi, Aktiva yang langsung menghasilkan keuntungan dapat penulis ibaratkan bagai kulit dan lidah, yang mana kedua indera perasa termaksud mampu secara langsung menyerap rangsangan sènsorik guna menyimpulkan rasa-rasa tertentu yang diterimanya dari luar (èksternal), dilaporkan melalui sinyal-sinyal di dalam tubuh, secara melèwati sinapsis-sinapsis (para mèdiator ataupun konèktor-konèktor) syaraf hingga berujung ke otak dan ataupun tulang punggung, sesuai dengan jalur rèsponsif dari tiap-tiap jenis rangsangan. Aktiva yang mempunyai potènsi iritabilita (peka terhadap rangsangan dari luar) seperti fungsi kulit dan lidah ini, menurut pendapat penulis: dapat dikategorikan sebagai Kelas Aktiva Lancar, olèh sebab sifatnya yang rèsponsif.
Adapun maksud ke-2 dari kata 'lancar', identik dengan: suatu siklus normal yang tanpa hambatan. Lancar, yaitu penulis ibaratkan menyerupai sifat suatu cairan. Cairan mudah berubah bentuk sesuai dengan relung-relung ruang yang dibentuk olèh lika-liku sudut ataupun tèkstur permukaan pada sisi dalam wadahnya. Lancar, dengan demikian, memburu pemahaman ke-2 ini, tingkat kelancarannya dapat ditentukan; semakin mendekati ataupun menyerupai sifat air yang mengalir ("liquid"), maka suatu kara Aktiva dapat dinilai semakin lancar, bukan macèt. Ke-3, yang dipahami olèh penulis, lancar secara siklus adalah mempunyai pola; dari bentuk modal-modal awal, kemudian diolah (diubah) menjadi bentuk komoditi berbeda, lalu dapat dijual, serta hasil penjualannya dapat kembali menjadi bentuk modal-modal awal termaksud dengan jumlah ataupun nilai yang minimal sama, dan lebih disyukuri apabila nilainya menjadi lebih besar. Inilah kelancaran siklus Pasiva - Aktiva, dan Aktiva - Pasiva.
Dalam kondisi Aktiva belum ataupun lagi kehilangan kemampuan berproduksi sebagaimana seharusnya sesuai yang biasanya diharapkan olèh para pelaku èkonomi, maka dalam kasus termaksud; Aktiva tetaplah pada Grupnya, ia diam tanpa perlu hijrah ke Grup Pasiva, meskipun lagi sakit, ia tetaplah Aktiva, yang berada menaungi 2 kelasnya tadi.
Kondisi sakitnya Aktiva, dimungkinkan dapat membuat Pasiva menjadi susut atau disebut turun nilainya, sehubungan pada satu pihak Aktiva gagal menghasilkan Laba namun biaya-biaya perlu terus menerus dikeluarkan guna mempertahankan usaha, dan pada pihak lain Pasiva bukanlah dokter ataupun tabib yang berkewajiban menangani pasiènnya, melainkan sebatas pemilik modal sejumlah yang tercatat di dalam wadah keduanya (wadah Aktiva dan Pasiva). Maka, pasangan ini (Aktiva dan Pasiva) dinyatakan lagi mengidap penyakit (sepertimana pasangan hidup yang setia dapat menjalani rasa pahit dan manis bersama: meskipun yang terluka (sakit) adalah Aktiva, namun Pasiva turut menanggung rasa tersakiti). Suatu romantismeu.
Keduanya, dengan demikian, harus berada di dalam suatu wahana yang sama, meskipun berbèda ruang olahan. Lahan yang sama dalam kara ini yaitu harus merupakan suatu wahana yang dapat saling menyeimbangkan. Menyeimbangkan ("balancing") ketika Aktiva mengalami keterbatasan kemampuan dalam upaya menghasilkan keuntungan dari suatu usaha, maka Pasiva berperan mendistribusikan sepersekian bagian dari nilai yang lagi dipunyainya kepada Aktiva, dan demikian pula sebaliknya: ketika Aktiva berhasil mendapatkan sejumlah keuntungan, maka Aktiva dapat langsung membagikannya kepada Pasiva tanpa harus melalui Aktiva lagi, melainkan langsung dari Laba ataupun Keuntungan hasil penjualan. Sifat keseimbangan termaksud, adalah idèal mencontoh kepada cara kerja Neraca (timbangan). Ada kesenduan tersendiri bagi pasangan ini: merèka berpasangan secara waktu namun harus terpisah ruang.
Konsultan pertama dan terutama adalah diri pelaku èkonomi yang berkaitan, sebab dirinyalah yang mengetaui lebih banyak dan mengenali gejala-gejala yang berlangsung dalam kinerja Aktiva-aktivanya, yaitu guna mendiagnosa, apakah hambatan-hambatan kelancaran produktivitas Aktiva Lancarnya itu disebabkan olèh masalah internal ataukah èkternal?.
Apabila masalah yang terdetèksi adalah masalah internal, maka komposisi pemecahan nilai-nilai yang tercatat dalam Grup Pasiva ke dalam Grup Aktiva mungkin belum idèal, sebagaimana tadi; Aktiva Lancar yang seharusnya dapat menghasilkan keuntungan secara langsung: lagi terhambat sehubungan permodalan sebagian besar menumpuk (berakumulasi) dalam Kelas Aktiva yang menghasilkan keuntungannya tanpa terasa secara langsung, seperti asèt-asèt pendukung usaha namun bukan merupakan kara utama yang diperjual_belikan, yang mana Aktiva di dalam kelas ini dapat disebut sebagai Aktiva Tetap (dalam pengertian; diharapkan dapat tetap dimiliki, serta bukan merupakan komoditas utama yang dikomersilkan). Artinya, pelaku èkonomi biasanya mèmang menyadari tingkatan produktivitas dari 2 jenis Aktiva ini adalah berbèda, yang mana kedua kelas Aktiva termaksud mempunyai fungsinya masing-masing. Memahaminya, maka perlakuan terhadap keduanyapun perlu berbèda pula, meskipun dalam kenyataan praktèknya dapat saling disesuaikan olèh pembuat laporan Neraca. Artinya, 'taqdir' perjodohan di antara keduanya diatur olèh pihak lain yang lebih berkuasa, yaitu yang bertanggung jawab atas keduanya sebagai suatu formulated destiny dalam laporan keuangan. Sebagaimana juga manusia, ikhtiar dalam usaha adalah kewajibannya, namun hasil dari usahanya adalah haq Alloh.
Letak sakit yang terasakan secara langsung biasanya ditemukan pada kulit yang terkena rangsangan langsung (secara induksi dari luar), tentu bukan terasanya pada ginjal maupun jantung, sebab kedua Organ Dalam tadi luput dari peninjauan mata normal, sehingga kebanyakan melihat kepada èksternal serta cenderung menghitamkan kambium pohon sejarahnya sebagai akibat dari rangsangan luar diri yang menyebabkan kegagalan produktivitasnya, bukannya dari dalam, sebagai sètingan utama yang memerlukan mènèjemèn secara optimal.
Contoh terhadap kara internal ini pernah penulis alami, yaitu manakala tergoda olèh komoditas ataupun usaha-usaha lain yabg lagi dijalankan olèh pihak-pihak lain yang tertutup (merahasiakan beberapa aspèk dari usaha merèka) pada saat kemampuan modal ("Capacity") penulis belum memadai dalam arti luas, sedangkan hasrat guna menjadi sesuksès pihak-pihak termaksud begitu menggebu tanpa penulis mengetaui secara pasti aspèk-aspèk tersembunyinya. Akibat dari syahwat seperti itu, bidang usaha lama terbengkalai sementara bidang usaha baru belum tergapai, maka pecahlah Aktiva dan Pasiva penulis. Ketika akan kembali membangun puing-puing Neraca lama, terkadang ada kara-kara yang mengingatkan bahwa itu sama-sama sulitnya dengan membangun lagi yang lebih baru (di luar keduanya).
Menurut M.Yusuf H.S. (Bang Yus), seorang pakar pengobatan tradisional di Ciluncat, Kabupatèn Bandung (pertemuan pada awal bulan ini), setiap tindakan rujuk setelah perceraian dengan pihak yang terkini berlaku, apabila terjadinya pada kara suami istri yang sesungguhnya, tentu memerlukan masa iddah (waktu jeda) 110 harian guna amannya. Meski pendapat penulis, atas kasus seperti itu cukup dengan tèmpo 100 hari, namun penambahan 10 hari dipahami olèh penulis sebagai suatu tindakan mitigasi rèsiko, yang mana hal ini berkaitan dengan jika ternyata pada masa yang kemudian didapatkan hasil usaha yang signifikan, muncul tanya: Pasiva yang mendapatkan Laba itu kini adalah dengan Aktiva yang mana kerjasama termaksud diselenggarakan?. Jangan sampai terjadi sengkèta haq atas hasil sehubungan mènèjemen di dalam Neraca ini belum beralih dari mubah menjadi suatu yang lebih baik, seperti sunnat.
Namun tentunya, kara mènèjemen syahwat memerlukan mètodeunya tersendiri, di luar Neraca yang sifatnya periodik. Mungkinkah Laporan Laba Rugi dapat menelusuri tingkat kerawanan yang pernah terjadi guna èvaluasi masa lalu dan mitigasi masa depan agar kecerobohan yang sama terhindari?.
Bagaimana apabila hakèkatnya itu adalah takdir di atas taqdir, ataukah taqdir di atas takdir?.
Aktiva dapat diartikan sebagai segala kara yang lagi berstatus aktif digunakan berproduksi (sebagai perangkat-perangkat usaha) guna menghasilkan sesuatu maksud yang dituju dalam aktivitas, bisa guna maksud memperolèh keuntungan-keuntungan materil yang dapat dihitung nilainya dengan mètodeu tertentu yang disepakati, bisa pula keuntungan-keuntungan selain materil.
Sebagaimana suatu wadah bagi nilai-nilai perangkat-perangkat pekerjaan ataupun aktivitas, Aktiva bukanlah sesuatu yang keberadaannya ada secara tiba-tiba, melainkan harus menyejarah, dalam arti berlogika: telah ada sesuatu yang mana keberadaannya mendahului (qidam = terdahulu) sebelum aktiva itu ada. Ya, tentu harus ada sesuatu yang mendahului setiap pekerjaan, entah itu berbentuk perencanaan, latar belakang, dan persiapan-persiapan pra-garapan lainnya. Seperti perlu dipunyainya niat sebagai modal dalam melakukan suatu ibadah yang kemudian dijaharkan (dinyatakan) sebelum dilajukan, demikian pula dengan aktiva, perlu ada modal guna melaksanakan suatu aktivitas produktif menggunakan Aktiva ini, yang mana modal termaksud tentunya perlu mempunyai tempat tertentu guna menampungnya, yang mana tempat termaksud haruslah merupakan tempat berbèda dengan tempat Aktiva akan ditempatkan.
Praktèk selanjutnya, modal termaksud akan digubah olèh para pelaku èkonomi dalam suatu atau beberapa usaha, menjadi bentuk-bentuk Aktiva tertentu. Mengingat bahwa yang akan aktif kelak adalah hasil gubahan modal yang telah ada, yaitu Aktiva, maka modalnya itu bukan yang aktif, melainkan yang pasif (sebagaimana awalnya), sehingga tepat apabila pasifitas bentuk awal modal ini disebut dengan Pasiva, sebagai wadahnya, yang nantinya dikelola menjadi Aktiva.
Dalam struktur bahasa, Pasiva ibarat Kata Kerja Dasar berimbuhan awal 'di' ataupun berimbuhan awal 'di' ditambah imbuhan belakang 'kan', yang mana ketika kata dasar yang telah berimbuhan awal 'di' ataupun 'di' + Kata Kerja Dasar + 'kan' ataupun + 'i' dilekatkan ke dalam suatu struktur guna membangun susunan kalimat, maka Pasiva menjadi Objèk kalimat, dan Aktiva menjadi Subjèk kalimat. Aktiva, dengan demikian, adalah yang menyandang imbuhan awal 'me' ditambah Kata Kerja Dasar ataupun berimbuhan awal 'me' + Kata Kerja Dasar + 'kan' ataupun + 'i'. Dalam kara kontèks pasivitas yang bukan langsung, mengandung unsur tanpa sengaja, awalan 'ter' + Kata Kerja Dasar + 'i', juga dapat menjadi suatu kepasifan.
Aktiva, senantiasa menjadi yang aktif menghasilkan, sementara Pasiva meskipun sebagai pemilik, namun bukan yang bergerak aktif. Apabila keduanya sama-sama aktif bergerak, maka tiada gunanya Aktiva (bentuk olahan dari Pasiva), sedangkan tujuan dari membuka lapangan kerja adalah bagi Aktiva. Adapun apabila keduanya sama-sama pasif, artinya usaha lagi mengalami kondisi tanpa pergerakan, "vacuum" ataupun sakit.
Dalam Biologi, Aktiva; just like everythings which made by God, but not every things could being producing as good as it was. Setiap yang diciptakan olèh Tuhan, serta diberi hidup olèhNya, senantiasa mempunyai potènsi guna dapat bergerak, alias aktif. Dengan dikaruniaiNya potènsi ini, maka yang diciptakan dapat melangsungkan hidupnya; bergerak sehingga dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari yang menciptakannya. Ini berlaku bagi seluruh ciptaan, bahkan bagi yang seolah dianggap tiada hidup sekalipun, seperti tumbuhan, merèka bergerak; baik menujukan daunnya ke arah sumber cahaya guna fotosintèsis, maupun menancapkan akar-akarnya ke tanah guna mencari zat-zat yang diperlukan olèh tumbuhan.
Dalam akuntansi, modal awal yang ditempatkan dalam wadah Pasiva ini tentunya perlu selalu disertakan setiap kali pencatatan Aktiva dilakukan. Sebab akan menjadi janggal apabila kita membentuk apalagi menawari nilai jual dari suatu hasil produksi (misalnya barang komoditi)yang akan kita jual tanpa kita memahami terlebih dahulu modalnya, minimal Harga Poko Pembeliannya, apabila belum tau Harga Poko Pengadaannya (mencakup Harga Poko Produksi). Mengaji rasa dari sisi pengadaan komoditas, niscaya akan membuat kita lebih peka terhadap praktèk dari konsèp menghargai suatu komoditas dalam suatu aktivitas muamalah tawar menawar komoditas.
Aktiva, sebagian saja yang secara langsung dapat menghasilkan sesuatu keuntungan, sedangkan sebagian lagi menghasilkan keuntungannya secara berbèda dengan cara yang langsung tadi ("indirectly"). Dengan demikian, terdapat 2 basis Aktiva yang menentukan kelas merèka masing-masing dalam sesama Grup Aktiva. Basis pertama justru adalah yang "indirectly" menghasilkan keuntungan ataupun laba usaha. Ini merupakan Kelas Tetap; yang para anggotanya berperan secara terus menerus alias tetap kontinyu dalam usaha. Sedangkan yang satu lagi adalah Kelas Lancar; yang mana secara stok, para anggotanya terhenti diupayakan guna dijual olèh sebab telah terjual, sehingga diadakanlah sejumlah persediaan baru sebagai stok baru guna menggantikan stok lama yang telah terjual tadi. Olèh sebab sifatnya yang terhenti (lepas hak pemilikannya dari penguasaan pihak penjual setelah terjadi Ijab Qobul (transaksi) maka cocok kalau para anggotanya dimasukkan ke dalam Kelas Aktiva Lancar.
Dalam Biologi, Aktiva yang langsung menghasilkan keuntungan dapat penulis ibaratkan bagai kulit dan lidah, yang mana kedua indera perasa termaksud mampu secara langsung menyerap rangsangan sènsorik guna menyimpulkan rasa-rasa tertentu yang diterimanya dari luar (èksternal), dilaporkan melalui sinyal-sinyal di dalam tubuh, secara melèwati sinapsis-sinapsis (para mèdiator ataupun konèktor-konèktor) syaraf hingga berujung ke otak dan ataupun tulang punggung, sesuai dengan jalur rèsponsif dari tiap-tiap jenis rangsangan. Aktiva yang mempunyai potènsi iritabilita (peka terhadap rangsangan dari luar) seperti fungsi kulit dan lidah ini, menurut pendapat penulis: dapat dikategorikan sebagai Kelas Aktiva Lancar, olèh sebab sifatnya yang rèsponsif.
Adapun maksud ke-2 dari kata 'lancar', identik dengan: suatu siklus normal yang tanpa hambatan. Lancar, yaitu penulis ibaratkan menyerupai sifat suatu cairan. Cairan mudah berubah bentuk sesuai dengan relung-relung ruang yang dibentuk olèh lika-liku sudut ataupun tèkstur permukaan pada sisi dalam wadahnya. Lancar, dengan demikian, memburu pemahaman ke-2 ini, tingkat kelancarannya dapat ditentukan; semakin mendekati ataupun menyerupai sifat air yang mengalir ("liquid"), maka suatu kara Aktiva dapat dinilai semakin lancar, bukan macèt. Ke-3, yang dipahami olèh penulis, lancar secara siklus adalah mempunyai pola; dari bentuk modal-modal awal, kemudian diolah (diubah) menjadi bentuk komoditi berbeda, lalu dapat dijual, serta hasil penjualannya dapat kembali menjadi bentuk modal-modal awal termaksud dengan jumlah ataupun nilai yang minimal sama, dan lebih disyukuri apabila nilainya menjadi lebih besar. Inilah kelancaran siklus Pasiva - Aktiva, dan Aktiva - Pasiva.
Dalam kondisi Aktiva belum ataupun lagi kehilangan kemampuan berproduksi sebagaimana seharusnya sesuai yang biasanya diharapkan olèh para pelaku èkonomi, maka dalam kasus termaksud; Aktiva tetaplah pada Grupnya, ia diam tanpa perlu hijrah ke Grup Pasiva, meskipun lagi sakit, ia tetaplah Aktiva, yang berada menaungi 2 kelasnya tadi.
Kondisi sakitnya Aktiva, dimungkinkan dapat membuat Pasiva menjadi susut atau disebut turun nilainya, sehubungan pada satu pihak Aktiva gagal menghasilkan Laba namun biaya-biaya perlu terus menerus dikeluarkan guna mempertahankan usaha, dan pada pihak lain Pasiva bukanlah dokter ataupun tabib yang berkewajiban menangani pasiènnya, melainkan sebatas pemilik modal sejumlah yang tercatat di dalam wadah keduanya (wadah Aktiva dan Pasiva). Maka, pasangan ini (Aktiva dan Pasiva) dinyatakan lagi mengidap penyakit (sepertimana pasangan hidup yang setia dapat menjalani rasa pahit dan manis bersama: meskipun yang terluka (sakit) adalah Aktiva, namun Pasiva turut menanggung rasa tersakiti). Suatu romantismeu.
Keduanya, dengan demikian, harus berada di dalam suatu wahana yang sama, meskipun berbèda ruang olahan. Lahan yang sama dalam kara ini yaitu harus merupakan suatu wahana yang dapat saling menyeimbangkan. Menyeimbangkan ("balancing") ketika Aktiva mengalami keterbatasan kemampuan dalam upaya menghasilkan keuntungan dari suatu usaha, maka Pasiva berperan mendistribusikan sepersekian bagian dari nilai yang lagi dipunyainya kepada Aktiva, dan demikian pula sebaliknya: ketika Aktiva berhasil mendapatkan sejumlah keuntungan, maka Aktiva dapat langsung membagikannya kepada Pasiva tanpa harus melalui Aktiva lagi, melainkan langsung dari Laba ataupun Keuntungan hasil penjualan. Sifat keseimbangan termaksud, adalah idèal mencontoh kepada cara kerja Neraca (timbangan). Ada kesenduan tersendiri bagi pasangan ini: merèka berpasangan secara waktu namun harus terpisah ruang.
Konsultan pertama dan terutama adalah diri pelaku èkonomi yang berkaitan, sebab dirinyalah yang mengetaui lebih banyak dan mengenali gejala-gejala yang berlangsung dalam kinerja Aktiva-aktivanya, yaitu guna mendiagnosa, apakah hambatan-hambatan kelancaran produktivitas Aktiva Lancarnya itu disebabkan olèh masalah internal ataukah èkternal?.
Apabila masalah yang terdetèksi adalah masalah internal, maka komposisi pemecahan nilai-nilai yang tercatat dalam Grup Pasiva ke dalam Grup Aktiva mungkin belum idèal, sebagaimana tadi; Aktiva Lancar yang seharusnya dapat menghasilkan keuntungan secara langsung: lagi terhambat sehubungan permodalan sebagian besar menumpuk (berakumulasi) dalam Kelas Aktiva yang menghasilkan keuntungannya tanpa terasa secara langsung, seperti asèt-asèt pendukung usaha namun bukan merupakan kara utama yang diperjual_belikan, yang mana Aktiva di dalam kelas ini dapat disebut sebagai Aktiva Tetap (dalam pengertian; diharapkan dapat tetap dimiliki, serta bukan merupakan komoditas utama yang dikomersilkan). Artinya, pelaku èkonomi biasanya mèmang menyadari tingkatan produktivitas dari 2 jenis Aktiva ini adalah berbèda, yang mana kedua kelas Aktiva termaksud mempunyai fungsinya masing-masing. Memahaminya, maka perlakuan terhadap keduanyapun perlu berbèda pula, meskipun dalam kenyataan praktèknya dapat saling disesuaikan olèh pembuat laporan Neraca. Artinya, 'taqdir' perjodohan di antara keduanya diatur olèh pihak lain yang lebih berkuasa, yaitu yang bertanggung jawab atas keduanya sebagai suatu formulated destiny dalam laporan keuangan. Sebagaimana juga manusia, ikhtiar dalam usaha adalah kewajibannya, namun hasil dari usahanya adalah haq Alloh.
Letak sakit yang terasakan secara langsung biasanya ditemukan pada kulit yang terkena rangsangan langsung (secara induksi dari luar), tentu bukan terasanya pada ginjal maupun jantung, sebab kedua Organ Dalam tadi luput dari peninjauan mata normal, sehingga kebanyakan melihat kepada èksternal serta cenderung menghitamkan kambium pohon sejarahnya sebagai akibat dari rangsangan luar diri yang menyebabkan kegagalan produktivitasnya, bukannya dari dalam, sebagai sètingan utama yang memerlukan mènèjemèn secara optimal.
Contoh terhadap kara internal ini pernah penulis alami, yaitu manakala tergoda olèh komoditas ataupun usaha-usaha lain yabg lagi dijalankan olèh pihak-pihak lain yang tertutup (merahasiakan beberapa aspèk dari usaha merèka) pada saat kemampuan modal ("Capacity") penulis belum memadai dalam arti luas, sedangkan hasrat guna menjadi sesuksès pihak-pihak termaksud begitu menggebu tanpa penulis mengetaui secara pasti aspèk-aspèk tersembunyinya. Akibat dari syahwat seperti itu, bidang usaha lama terbengkalai sementara bidang usaha baru belum tergapai, maka pecahlah Aktiva dan Pasiva penulis. Ketika akan kembali membangun puing-puing Neraca lama, terkadang ada kara-kara yang mengingatkan bahwa itu sama-sama sulitnya dengan membangun lagi yang lebih baru (di luar keduanya).
Menurut M.Yusuf H.S. (Bang Yus), seorang pakar pengobatan tradisional di Ciluncat, Kabupatèn Bandung (pertemuan pada awal bulan ini), setiap tindakan rujuk setelah perceraian dengan pihak yang terkini berlaku, apabila terjadinya pada kara suami istri yang sesungguhnya, tentu memerlukan masa iddah (waktu jeda) 110 harian guna amannya. Meski pendapat penulis, atas kasus seperti itu cukup dengan tèmpo 100 hari, namun penambahan 10 hari dipahami olèh penulis sebagai suatu tindakan mitigasi rèsiko, yang mana hal ini berkaitan dengan jika ternyata pada masa yang kemudian didapatkan hasil usaha yang signifikan, muncul tanya: Pasiva yang mendapatkan Laba itu kini adalah dengan Aktiva yang mana kerjasama termaksud diselenggarakan?. Jangan sampai terjadi sengkèta haq atas hasil sehubungan mènèjemen di dalam Neraca ini belum beralih dari mubah menjadi suatu yang lebih baik, seperti sunnat.
Namun tentunya, kara mènèjemen syahwat memerlukan mètodeunya tersendiri, di luar Neraca yang sifatnya periodik. Mungkinkah Laporan Laba Rugi dapat menelusuri tingkat kerawanan yang pernah terjadi guna èvaluasi masa lalu dan mitigasi masa depan agar kecerobohan yang sama terhindari?.
Bagaimana apabila hakèkatnya itu adalah takdir di atas taqdir, ataukah taqdir di atas takdir?.
Comments
Post a Comment